PLK Sosiologi Tahun 2024: Menelisik Uniknya Kearifan Lokal Pencak Sumping di Desa Tamansuruh, Banyuwangi
Pada 23 – 28 September 2024 lalu mahasiswa
sosiologi angkatan 2023 melaksanakan kegiatan PLK (Perkuliahan Luar Kelas) di
Banyuwangi, tepatnya di Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah. Desa ini terletak di kaki pegunungan ijen dengan pesona
keindahan alamnya dan tradisi yang masih cukup kental. Selama kegiatan PLK,
para mahasiswa berkesempatan mengamati kehidupan masyarakat Desa Tamansuruh
secara langsung yang terdapat berbagai keunikan didalamnya. Salah satu tradisi
yang menarik dan cukup unik yakni “Pencak Sumping” yang merupakan seni bela
diri warga di Dusun Mondoluko, Desa Tamansuruh.
Pencak Sumping merupakan pertandingan beladiri
kuno yang bermula sejak jaman penjajahan Belanda dengan keunikan tersendiri. Tradisi
Pencak Sumping merupakan bagian dari sejarah berdirinya Dusun Mondoluko, yang pada
mulanya bernama Dusun Tegal Alas. Kala itu pemimpin cikal bakal dusun berduel
dengan tentara Belanda yang tewas luka-luka (luko) hingga terkoyak (modol)
karena hal itulah akhirnya dinamakan Dusun Mondoluko. Sejak saat itulah
berbagai masyarakat dari berbagai umur baik laki-laki dan perempuan mempelajari
pencak silat.
Nama pencak sumping sendiri diambil dari nama
suguhan berupa sumping atau nagasari yang dahulu disajikan untuk mengiringi
para pendekar yang tengah berlatih. Hingga saat ini, sumping menjadi suguhan
utama untuk para tamu dan pendekar yang tengah bertanding. Sebelum acara
tentunya perlu doa-doa khusus yang dipimpin oleh pemuka adat. Dengan iringan
musik tradisi ber-irama rancak, pencak sumping diikuti oleh pesilat anak-anak
hingga dewasa. Para pendekar menampilkan berbagai jurus yang memuaku mulai dari
tangan kosng hingga berbekal senjata tajam seperti clurit, pedang, hingga
tombak. Di akhir pertandingan, pendekar yang menang akan menyumpal mulut
lawannya dengan sumping sebagai simbol kemenangannya. Tradisi ini digelar
setiap idul adha atau acara hajatan para warga. Pencak sumping digelar
beriringan dengan tradisi Ider Bumi warga setempat yang dilakukan dengan
mengumandangkan adzan dan istighfar mengelilingi desa sebagai wujud permohonan
ampun kepada Tuhan.
Tradisi Pencak Sumping merupakan kekayaan tradisi Banyuwangi yang perlu dilestarikan dan dijaga eksistensinya. Selain warga dusun Mondoluko, pemerintah daerah, budayawan, dan komunitas budaya juga turut melestarikan Pencak Sumping. Momentum Pencak Sumping turut menjadi jembatan pengerat relasi antar organisasi pencak silat yang ada di Desa Tamansuruh. Kegiatan PLK yang telah dilaksanakan mahasiswa sosiologi tak hanya memberikan pengalaman dan pembelajaran berharga, namun juga ikut berkontribusi dalam pelestarian budaya lokal. Pencak Sumping sebagai warisan budaya yang hidup memberikan contoh nyata budaya yang dapat berdampingan seiring dengan laju modernisasi.
Penulis : Via Assalma Setiya Ramadhani
Editor : Rizky Trisna Putri