Buku yang Dipilih, Kelas yang Terungkap: Menyelisik Selera Membaca dan Kelas Sosial
![](https://statik.unesa.ac.id/sosiologi/thumbnail/b4fc79de-4a04-45ee-80ae-5fdd00170654.jpg)
Di era digital ini, perkembangan dunia literasi Indonesia semakin membaik di tengah tuduhan laporan Programme for International Student Assessment (PISA) mengenai rendahnya capaian angka literasi di Indonesia[1]. Berdasarkan data Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat Indonesia sebesar 63,9 poin pada 2022, meningkat 7,4% dibandingkan tahun sebelumnya[2]. Semakin disadari, kini akun bookstagram pun mulai mewabah dan semakin populernya buku pengembangan diri seperti Atomic Habits atau Rich Dad Poor Dad menjadi pilihan populer di kalangan profesional atau akun media sosial khusus self improvement. Sementara itu, novel fiksi yang ringan dan terjangkau juga tetap laris di pasaran dan sering kali menjadi favorit di kalangan remaja dan mahasiswa. Unik, menciptakan utas pertanyaan seperti; “Mungkinkah pilihan buku kita bukan sekadar selera, tapi juga cerminan status sosial dan gaya hidup?”
Indonesia masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan minat baca dan tingkat literasi secara keseluruhan. Laporan PISA mengenai rendahnya skor literasi Indonesia memanglah bukan tuduhan, walaupun Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) masyarakat meningkat. Hal ini bukan hanya menunjukkan kurangnya kebiasaan membaca, tetapi juga mencerminkan kesenjangan akses terhadap sumber daya literasi, yang sering kali terbatas pada kalangan kelas atas saja sebagai kelompok yang memiliki modal yang baik. Membaca, yang seharusnya menjadi sarana untuk memperkaya wawasan dan meningkatkan mobilitas sosial, pada akhirnya justru menjadi indikator kelas sosial di Indonesia. Dengan kondisi ini, identitas sosial seseorang mungkin tercermin dari akses dan preferensi bacaannya, yang pada gilirannya mempertegas perbedaan sosial dalam masyarakat.
Fenomena ini, dalam Sosiologi dijelaskan dalam buku karya Pierre Bourdieu yang berjudul “Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste.” Buku ini menjelaskan tentang habitus (kebiasaan) seseorang dan taste (selera), bahwa preferensi atau selera seseorang tidak terbentuk secara acak, melainkan dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kelas di mana mereka dibesarkan[3]. Habitus adalah sekumpulan disposisi yang membentuk cara pandang, selera, dan kebiasaan seseorang, termasuk pilihan bacaannya. Dalam konteks pembahasan ini, pilihan bacaan bisa dilihat sebagai ekspresi dan atribut dari kelas sosial seseorang[4]. Misalnya, seseorang dari kelas menengah ke atas mungkin lebih tertarik pada buku-buku nonfiksi atau sastra, yang dianggap "bernilai tinggi," sementara kalangan lain mungkin lebih memilih bacaan yang ringan dan praktis. Dengan kata lain, apa yang kita pilih untuk dibaca bukan hanya selera pribadi, melainkan hasil dari konstruksi sosial yang mengakar dalam diri kita. Seperti halnya musik. Berdasarkan penelitian, orang dengan kalangan menengah keatas cenderung menyukai musik klasik dibanding orang dari kalangan menengah ke bawah[5].
Dalam media sosial misalnya, apakah kamu pernah melihat bagaimana seorang public figure, artis, atau kelompok kelas menengah ke atas dan seseorang dari kelas menengah ke bawah diminta merekomendasikan buku, kamu pasti menemukan perbedaanya, bukan? Misalnya, seorang public figure, artis, atau kelompok kelas menengah ke atas, cenderung memilih buku-buku pengembangan diri atau non fiksi populer, seperti buku tentang kepemimpinan, psikologi, atau investasi, yang dianggap relevan dengan kebutuhan profesional dan aspirasi mereka. Jenis bacaan ini tidak hanya mencerminkan minat, tetapi juga akses ekonomi dan pendidikan yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi nilai pada buku tersebut. Sementara itu, kalangan dengan akses ekonomi yang lebih terbatas cenderung memilih bacaan yang lebih praktis, seperti novel populer, yang sering kali lebih terjangkau dan berfungsi sebagai hiburan ringan. Dengan demikian, pilihan bacaan tidak hanya menunjukkan selera, tetapi juga akses dan tujuan berbeda berdasarkan posisi sosial seseorang.
Fenomena ini sejatinya sangat disayangkan, karena pilihan bacaan yang dipengaruhi oleh kelas sosial berdampak pada kesenjangan literasi di Indonesia. Akses yang lebih bagus pada buku-buku pengembangan diri atau karya sastra dengan harga tinggi lebih banyak dinikmati kelas menengah ke atas yang memiliki modal yang lebih besar, sementara kelompok lain lebih terbatas pada bacaan yang terjangkau. Akibatnya, literasi menjadi kurang merata pada kelas sosial yang lebih rendah, karena keterbatasan pada bacaan yang lebih kompleks. Ini yang akan memperbesar kesenjangan budaya dan menghambat mobilitas sosial, menjadikan pemerataan literasi di seluruh lapisan masyarakat menjadi tersendat.
Maka dari itu, kesetaraan dalam akses bacaan sangat penting dalam meningkatkan budaya literasi di Indonesia dan agar mengurangi kesenjangan sosial. Dengan akses yang sama terhadap berbagai buku, setiap lapisan masyarakat dapat berkontribusi lebih baik dalam kemajuan bangsa. Salah satunya melalui lab-Socio, yang memberikan berbagai preferensi literatur berkualitas bagi mahasiswa sosiologi, Universitas Negeri Surabaya.
Kalau kamu, lebih suka membaca buku jenis apa?
Referensi:
[1] OECD, “PISA 2022 Results (Volume III): Creative Minds, Creative Schools,” Paris, 2022. [Online]. Available: https://www.oecd-ilibrary.org/education/pisa-2022-results-volume-i_53f23881-en%0Ahttps://www.oecd.org/publication/pisa-2022-results/country-notes/germany-1a2cf137/
[2] M. A. Rizaty, “Tingkat Kegemaran Membaca Warga Indonesia Meningkat pada 2022,” dataindonesia.id, 2023. https://dataindonesia.id/pendidikan/detail/tingkat-kegemaran-membaca-warga-indonesia-meningkat-pada-2022 (accessed Nov. 04, 2023).
[3] P. Bourdieu, Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste. Perancis, 1979. [Online]. Available: https://monoskop.org/images/e/e0/Pierre_Bourdieu_Distinction_A_Social_Critique_of_the_Judgement_of_Taste_1984.pdf
[4] R. Sugihartati, Membaca, Gaya Hidup dan Kapitalisme, 11th ed. yogyakarta: Suluh Media, 2018.
[5] I. Sitiowati, “Relevansi Selera Musik dan Kelas Sosial,” Universitas Kristen Satya Wacana, 2010. [Online]. Available: https://repository.uksw.edu/handle/123456789/2813
Penulis : Anisatul Khanifah
Editor : Rizky Trisna Putri